Cari Blog Ini

Rabu, 22 Juni 2011

cara menulis berita

Bagaimana Membuat Berita?

Oleh Rustam Aji*

Prolog
Profesi menulis, bukanlah hanya monopoli milik wartawan. Tetapi setiap orang –yang bukan wartawan pun—bisa menjadi penulis. Untuk menjadi seorang penulis, sebenarnya gampang. Sebab, tidak memerlukan biaya banyak. Modalnya cuman keuletan dan kemauan. Ini, berbeda dengan profesi dokter. Seseorang yang ingin menjadi dokter, membutuhkan biaya yang tak tanggung-tanggung. Karena seorang dokter dibutuhkan keahlian khusus. Salah menangani orang bisa berakibat fatal. Sementara, bagi seorang penulis, cukup sebuah keberanian.
Apalagi untuk saat ini, jalan untuk menjadi penulis terbuka lebar. Bagaimana tidak, di toko-toko buku, sudah banyak menyediakan buku-buku tentang jurnalistik (ilmu menulis). Sehingga, kita tak perlu datang kepada seorang guru atau dosen untuk mengajari kita menulis. Cukup membeli buku tentang jurnalistik, maka kita bisa mempelajari banyak hal tentang bagaimana cara menulis yang baik. Benarkah demikian?
Secara tidak sengaja, sebenarnya kita telah belajar menjadi seorang penulis. Menulis surat misalnya. Memang sepele, tetapi sebenarnya ketika kita menulis surat banyak hal yang bisa kita tuangkan. Nah, di sinilah kreatifitas bagi seorang penulis mulai tumbuh. Namun, karena tidak disadarinya, maka pengetahuan itu hilang begitu saja.
Lalu, bagaimana agar kita bisa menjadi seorang penulis? Untuk menjadi penulis (berita) pemula, kita harus mengetahui tentang dasar-dasar menulis. Menulis berita, tentu berbeda dengan cara menulis surat, artikel, laporan pertanggungjawaban, atau makalah. Khusus untuk menulis berita, tentu seorang penulis (jurnalis/wartawan) harus memperhatikan kaidah-kaidah penulisan berita. Bagi wartawan pemula, pasti akan muncul pertanyaan apa bahan-bahan berita itu.

Apa Itu Berita?
Untuk mendefinisikan berita, bukanlah pekerjaan mudah. Masing-masing pakar komunikasi memiliki pemikiran yang berbeda. Tetapi dalam konteks perbedaan ini, sebenarnya memiliki maksud yang sama. Bahwa berita, harus memiliki nilai (news values). Namun, nilai berita juga tambah  rumit untuk didefinisikan  bila dikaitkan dengan sulitnya membuat konsep apa yang disebut berita.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (WJS Poerwodaminta), dijelaskan bahwa berita bisa diartikan sebagai kabar atau warta. Sementara, cukup banyak pakar mengengemukakan pengertian berita. Pengertian berita yang paling umum dikemukakan dalam kehidupan jurnalistik adalah seperti yang dikemukakan oleh Charles A Dana (1982) seperti dikutip Dja’far H. Assegaf (1991), yakni When a dog bites a man that is not new, but when a man bites a dog that is news. (Jika ada seekor anjing yang menggigit manusia bukanlah berita, tetapi kalau manusia menggigit anjing, itu baru berita).  Tetapi ada juga yang mengatakan bahwa; Good news is no news, bad news is good news.  (Berita-berita yang baik tidaklah layak diberitakan, sedangkan berita-berita yang jelek bagus untuk diberitakan)—Yanuar Abdullah(1992).
Walaupun pengertian itu populer, belum tentu dikatakan benar secara keseluruhan. Toh begitu, setidaknya pengertian tersebut bisa dijadikan patokan bagi wartawan dalam membuat berita yang akan dimuat untuk media massa, yakni sifat keluarbiasaan. Tapi yang jelas, secara umum, berita selalu berhubungan dengan informasi yang baru dirasakan oleh penerima berita itu. Karena bisa jadi, suatu informasi oleh sebagian kecil orang dianggapnya sebagai berita, tetapi bagi masyarakat lain bukan berita lagi.

Bagaimana Cara Membuat Berita?
Dalam ilmu jurnalistik, untuk membuat berita harus memenuhi syarat 5 W + 1 H, yakni What (peristiwa apa yang diberitakan), who (siapa saja yang terlibat dengan peristiwa), where (tempat peristiwa berlangsung, di mana saja kejadiannya), when (waktu peristiwanya, kapan saja terjadinya), why (mengapa peristiwa tersebut terjadi, faktor-faktor yang menyebabkan peristiwa terjadi)  dan How (bagaimana peristiwa tersebut terjadi).
Itulah dasar untuk menulis berita. Bagi seorang wartawan, unsur 5 W + 1 H, itu tidak pernah ditinggalkannya. Sebab, tulisan bisa dianggap sebagai sebuah berita, bila telah memenuhi unsur di atas. Bila kita sudah tahu tentang itu, maka akan mudah untuk menulis apa saja (tentang sebuah kejadian). Dalam konteks ini, berita bisa diartikan sebagai sebuah rangkuman peristiwa yang benar-benar terjadi (bukan cerita), yang diterbitkan dalam surat kabar (cetak ataupun elektronik).
Dalam surat kabar, berita dibagi menjadi dua. Yakni, berita straight news dan indept news. Berita straight news adalah sebuah berita yang ditulis tidak terlalu panjang, hanya sekedarnya. Penting, memenuhi unsur 5 W + 1 H. Sementara untuk indept news adalah berita yang mengedepankan untuk how-nya (bagaimana peristiwa itu terjadi). Ulasannya panjang dan disertai fakta-fakta di lapangan. Juga, penyajiannya detil.
Meski kita telah mengetahui dasar-dasar dari penulisan berita itu, bukan berarti tidak ada hal lain yang perlu diperhatikan. Untuk hal ini, agar berita itu layak muat, maka harus ada elemen-elemen (bagian) nilai berita, yang mendasari pelaporan (berita). Di antara elemen itu adalah, Immediacy, proximity, consequence, conflict, oddity, sex, emotion (human interest), prominence –name make news, suspense, and progress.

Penutup
Nah, itu sekilas tentang bagaimana menulis. Pengalaman menunjukkan, para penulis pemula biasanya memiliki tingkat kesulitan tinggi untuk menuangkan ide-idenya. Bagaimana cara mengatasinya? Untuk menjadi penulis pemula produktif, maka haruslah terus belajar. Jangan sampai menyerah atau berhenti. Sebab, itu akan mematikan potensi yang kita miliki. Menulis, harus dijadikan hoby. Dengan begitu, bila kita tidak menulis maka akan merasa ketagihan.
Seorang penulis juga harus sering membaca. Itu, agar ide-ide yang kita miliki tidak hilang begitu saja. Dengan membaca, kita juga bisa membandingkan kualitas tulisan kita dengan orang lain. Tanpa mau membaca, sangat sulit bagi penulis untuk mengembangkan kreatifitasnya. Sebab, dunia menulis, setiap saat terus mengalami perkembangan.
Selamat mencoba…!!!!

Note:
Immediacy, kerap diistilahkan dengan timelines. Artinya terkait dengan kesegaran berita yang dilaporkan (aktualitas).
Proximity, ialah kedekatan peristiwa dengan pembaca dalam kehidupan keseharian mereka.
Consequence, peristiwa yang mengubah kehidupan pembaca. Dalam arti, berita tersebut mengandung nilai konsekuensi. Misalnya saja, tentang berita kenaikan BBM.
Conflict, persitiwa-peristiwa yang menimbulkan ketegangan, seperti perang, tawuran antar geng (kelompok), dll.
Oddity, peristiwa yang tak biasa terjadi (langka).
Sex, kerap  seks menjadi satu elemen utama dari suatu pemberitaan. Tapi, seks sering pula menjadi tambahan bagi pemberitaan.
Emotion (human interes), elemen ini menyangkut kisah-kisah yang mengandung kesedihan, kemarahan, simpati, ambisi, cinta, kebencian, dll.
Prominence –name make news, nama membuat berita. Ketika seseorang terkenal, maka dia akan selalu diburu oleh pembuat berita.
Suspense, sesuatu yang ditunggu-tunggu.
And, Progress, merupakan elemen “perkembangan” dari suatu peristiwa. Artinya kesudahan dari peristiwa tersebut bagaimana.

Referensi:
1. Jurnalis Kontemporer, Septiawan Santana K, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, September 2005
2. Menjadi Wartawan Handal dan Profesional, Ermanto M. Hum, Cinta Pena, Yogyakarta, Juni 2005
3. Pengalaman pribadi penulis

*). Wartawan Jawa Pos Radar Kudus, Disampaikan dalam Pelatihan Jurnalistik Tingkat Dasar,di  Madrasah Aliyah NU Banat Kudus, Selasa (28/3).

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar